1.
Kesadaran
Diri
Kesadaran diri
merupakan salah satu prasyarat sebelum perawat melakukan komunikasi terapeutik
dengan klien. Untuk dapat meningkatkan kesadaran dirinya, perawat perlu
menjawab pertanyaan “siapa saya ?” perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi,
perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi pelayanan. Kesdaran diri akan
membuat perawat menerima perbedaan dan keinikan klien.
Ada dua konsep
(teori) relevan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran diri yaitu johari
window dan iceberg model of human personality.
johari window
(Stuart dan sundeen, 1987, halama 98) menggambarkan perilaku, pikiran, perasaan
seseorang melalui skema berikut :
1
Diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
|
2
Hanya diketahui orang lain
|
3
Hanya diketahui diri sendiri
|
4
Tidak diketahui oleh siapapun
|
1.
Kuadran
1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku dan perasaan yang diketahui oleh
individu dan
orang lain disekitarnya.
orang lain disekitarnya.
2.
Kuadran
2 sering disebut kudran buta karena hanya diketahui oleh orang lain.
3.
Kuadran
3 disebut kuadran rahasia karena hanya diketahui oleh individu sendiri.
Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari johari window yaitu :
1.
Perubahan
satu kuadran dapan mempengaruhi kuadran yang lain.
2.
Jika
kudran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya
kurang (perilaku dan perasaan rendah)
3.
Kuadran
1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara, yaitu :
1.
mempelajari
diri sendiri (self evaluation). Proses eksplorasi diri sendiri, tentang
pikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan dalam
hubungan interpersonal.
2.
Belajar
dari orang lain. Ketersediaan dan keterbukaan yang menerima umpan balik orang
lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri.
3.
Membuka
diri. keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat.
Iceberg model
of human personality
Model ini
menekankan adanya “sifat berlawanan” dalam kepribadian seseorang, (Geldard, D.,
1998). Dengan memahami model ini perawat bisa menerima adanya “the hidden
part of me” dari dirinya maupun klien. Sehingga akan memudahkan perawat
dalam mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik. Kesadaran ini sangat
penting karena bagai mana anda memandang diri anda dan bagaimana orang lain
memandang diri anda akan mempengaruhi interaksi anda secara keseluruhan
(Rahmad, J., 1996)
4.
Klasifikasi
Nilai
Apa
dan bagaimana nilai-nilai yang dianut sesorang akan mempengaruhi dirinya pada
saan berinteraksi dengan orang lain. Demikian juga saat perawat berinteraksi
dengan klien. Perawat harus mampu mengidentifikasi nilai, konflik, ketidak
puasan, keyakinan dan rasa tidak aman yang dapat merugikan klien. Setelah mampu
mengidentifikasi, perawat harus mampu mengklarifikasi dan mengatasi masalahnya,
perawat juga akan mampu menyadari kekurangannya.
Dengan
menyadari sistem nilai yang dimiliknya seperti nilai budaya, nilai keluarga dan
agama yang dianutnya, perawat akan siap mengidentifikasi suatu yang
bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki. (Tylor et al. 1997). Sehingga
pada saat berinteraksi dengan klien, perawat tidak perlu bersitegang dengan
klien tentang perbedaan pendapat yang terjadi. Akan tetapi perawat harus
menghargai pendapat klien dan keluarga sambil mencoba membari penjelasan secara
perlahan.
5.
Eksplorasi
Perasaan
Eksplorasi
Perasaan adalah
menggali perasaan – perasaan yang muncul sebelum dan sesudah berinteraksi
dengan orang lain. perawat terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan
mengontrolnya agar ia dapat menggunakan dirinya secara terapeutik. jika perawat
terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu :
bagaimana meresponnya pada klien dan bagaimana penanpilannya pada klien.
bagaimana perasaan perawat terhadap proses interaksi berpengaruh terhadap
respond an penampilannya, yang pada
akirnya akan berpengaruh terhadap perasaan klien (stuart, G.W., 1998)
6.
kemampuan
menjadi model
perawat yang
bisa menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan
pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, disstres atau pengingkaran
(stuart, G.W., 1998) perawat senantiasa memperlihatkan perkembangan serta
adaptasi yang seehat. perawat harus bertanggung jawab terhadap perilakunya,
sadar akan kelemahan dan kekurangannya. perawat harus mampu memisahkan hubungan
profesianal dan kehidupan pribadi.
7.
Panggilan
Jiwa (altruism)
adalah
perhatian terhadap kesejahteraan orang lain. perawat harus menjawab pertanyaan
“ mengapa saya ingin menolong orang lain?”. seorang penolong yang efektif
(efektif helper) adalah yang tertarik untuk merawat orang lain dengan penuh
cinta atas dasar kemanusiaan dan memperhatikan kesejahteraan orang lain.
8.
etika
dan tanggung jawab
etika
keperawatan mencangkup prinsip hubungan antara perawat dengan klien dan
tanggung jawab pelayanan. tanggung jawab perawat dapat dilihat dari bagaimana
proses pengambilan keputusan yang harus bisa dipertanggung jawabkan secara
profesi, tanggung gugat, teguh dengan komitmen dan menyadari segala resiko.
perawat bisa
menunjukan rasa tanggung jawabnya dalam berkomunikasi dengan cara minta maaf
pada klien ketika ada sikap atau perilaku yang menyinggung perasaan klien.
untuk mengatasi kelemahannya, perawat harus melakukan analisa diri sebelum
berinteraksi dengan klien. selain itu, dalam berinteraksi dengan klien, perawat
harus menjunjung tinggi kode etik keperawatan dan etika yang dibenarkan dalam
sebuah hubungan terapeutik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar